Broken-Hearted Kingdom Tales: "The Wine and Bread God Legend"
"Love is like a rose. It's look beautiful on the outside, but there is always pain hidden somewhere." - unknown
“Alkisah, berdirilah sebuah
kerajaan besar yang dihuni oleh rakyat, prajurit, ksatria platina dan kerajaan
tersebut dipimpin oleh raja-raja dan ratu-ratu yang memang terpilih karena
kebijaksanaan mereka. Uniknya, bila kita mendengar kata “kerajaan”, sebuah kerajaan
pasti dipimpin oleh satu orang raja, namun berbeda dengan kerajaan ini. Karena
kerajaan ini berprinsip “tak baik bila seorang diri saja.”
Kehidupan
kerajaan ini sangat damai dan tenteram, karena selain dipimpin oleh para raja
dan ratu yang bijaksana, kerajaan ini merupakan kerajaan yang diberkati. Tidak
ada rakyat di kerajaan ini yang tidak tahu tentang legenda Dewa Anggur dan Dewi
Roti. Konon katanya menurut legenda tersebut, jauh sebelum kerajaan ini ada,
bumi ini hanyalah tanah gersang yang kering, tanpa kehidupan. Hingga malaikat
menurunkan sepasang dewa dan dewi yaitu Dewa Anggur dan Dewi Roti. Menurut
legenda itu juga, Dewa Anggur dan Dewi Roti adalah keturunan pertama di bumi
ini. Dewa Anggur dan Dewi Roti diutus oleh malaikat untuk bertanggung jawab
atas kehidupan dalam bumi ini. Dewa Anggur adalah dewa yang tampan, gagah
perkasa, dan wangi tubuhnya seperti anggur. Dewi Roti adalah dewi yang cantik,
anggun, dan aroma tubuhnya seperti roti segar yang baru matang. Dan menurut
cerita yang turun-temurun diceritakan oleh para nenek moyang kepada anak, cucu,
cicit mereka, di jantung kerajaan ini mengalir sebuah sungai berwarna ungu dan
manis seperti anggur, dan di seberang sungai ada sebuah hutan lebat yang
ditumbuhi pepohonan, semak, dan banyak batu-batu indah di sekelilingnya. Selain
indah, batu tersebut ternyata dapat memenuhi rasa lapar karena memiliki rasa
seperti roti.
Perlahan mulai muncul kehidupan di
hutan ini. Hewan-hewan mulai hidup dan berkembang, air sungai anggur serta batu
roti yang indah menunjang kehidupan mereka. Pepohonan, tanaman, dan pekarangan
bunga-bunga liar namun indah di hutan ini tumbuh sangat cepat. Ditengah
pekarangan bunga ini tumbuh sekuntum bunga mawar paling indah yang dikelilingi
juga oleh kumpulan batu-batu roti indah yang bisa dimakan tersebut. Bunga mawar
merah ini begitu indah dan mawar ini adalah mawar paling harum yang pernah
diciptakan. Namun tangkainya dipenuhi dengan duri yang begitu panjang dan
tajam. Walau begitu, bunga mawar ini seolah tak pernah layu, apalagi mati.
Ketika bunga lain layu dan tumbuh silih berganti, mawar ini tetap ada dan
memancarkan keindahannya. Dan malaikat berpesan tidak ada seorangpun yang boleh
menyentuh apalagi memetik bunga mawar ini. Dewa dan dewi ini selain memiliki
paras rupawan, mereka juga dianugerahi kebijaksanaan dan patuh pada apa yang
disampaikan oleh malaikat.
Hingga suatu hari, Dewa Anggur
menyadari satu hal bahwa ia mencintai Dewi Roti. Awalnya ia masih mengingkari
perasaan itu dan ia sudah menunggu sekian lama, apakah perasaan ini akan
diungkapkan atau tidak dan kemudian ia merasa inilah saat yang tepat untuk
menyatakannya. Namun respon yang diberikan oleh Dewi Roti sangat berbeda dengan
apa yang diharapkan oleh Dewa Anggur. Dewi Roti tidak memiliki perasaan apapun
karena ia sadar bahwa mereka diutus ke dunia untuk membuat bumi ini lebih hidup
dan suatu hari nanti mereka akan kembali ke asal mereka bersama dengan para
malaikat. Sehingga jatuh cinta sungguh bukan ide yang bagus. Namun ia tak kuasa
menyakiti hati Dewa Anggur, jadi ia memberikan Dewa Anggur sebuah syarat.
“Jika memang benar kau mencintaiku,
petiklah bunga mawar merah itu dan berikan padaku.”
Dewa Anggur tertegun mendengar permintaan
Dewi Roti. Ia memang mencintai Dewi Roti dan sudah memikirkan apapun respon
yang diberikan oleh Dewi Roti, ia akan menyanggupinya. Namun respon ini diluar
perkiraannya. Tapi, sekali cinta, ia akan tetap cinta dan melakukan apapun.
“Kalau itu bisa membuktikan betapa
aku cinta padamu, aku akan melakukannya.” Jawab Dewa Anggur dengan mantap
setelah ia terdiam beberapa saat.
Dewi Roti terkejut. “Kamu gila? Kan
sudah dibilang, bunga mawar itu tidak boleh dipetik. Jangankan dipetik,
menyentuhnya pun kamu tidak boleh.”
“Bukannya kamu yang memintaku untuk
memetik bunga mawar itu? Aku sudah bilang bahwa aku akan melakukan apa saja
untuk membuktikan perasaanku.” Tanpa dicegah lagi, Dewa Anggur bergegas masuk
ke hutan dan memetik bunga mawar merah itu.
“Dewa Anggur, jangan!”
Namun suara Dewi Roti tak lagi ia
dengar. Dewa Anggur dengan sekuat tenaga memetik bunga mawar merah itu. Bunga
mawar yang walaupun hanya sekuntum, sangat sulit untuk dipetik. Durinya begitu
tajam, dan menusuk telapak tangan dewa anggur hingga cairan merah keluar dari
tangannya. Merah semerah kelopak bunga mawar itu.
“Semakin kamu berusaha menyentuh
dan memetik bunga itu, semakin sakit yang akan kamu rasakan.”
Dewa Anggur mendengar seperti ada
yang berbisik padanya. Namun ia tidak peduli. Dengan otot dan tubuhnya yang
perkasa, masa memetik bunga mawar ini saja tidak bisa. Duri-duri mawar menancap
semakin kuat di telapak tangannya, hingga perlahan tangkainya pun tergoncang,
dan akhirnya bunga mawar itu lepas dari tanah tempat ia selama ini tumbuh. Dewa
Anggur tersenyum senang, sampai kemudian ia menyadari bahwa pekarangan bunga di
sekelilingnya perlahan-lahan layu dan mati. Ia terkejut, kemudian ia juga
menyadari, batu-batu indah yang bisa dimakan seperti roti perlahan mengeras dan
berubah warna menjadi hitam. Senyum Dewa Anggur perlahan memudar, berganti
dengan wajah panik dan takut. Bunga mawar di tangannya juga perlahan-lahan layu
dan semerbak wanginya tidak ada lagi. Dewa Anggur berlari keluar meninggalkan
hutan. Suasana hutan juga berubah menakutkan dan kegelapan meliputi hutan
tersebut. Hewan-hewan yang awalnya bersahabat berubah menjadi saling membenci
dan menerkam. Dewa Anggur semakin panik dan ia mempercepat larinya.
Hingga akhirnya ia berhasil keluar
dari hutan. Betapa terkejutnya ia ketika melihat sungai anggur juga ikut
berubah. Warna ungunya pudar, berubah seperti air sungai biasa. Ia melihat dewi
roti terduduk di tepi sungai sambil menangis.
“Apa yang kamu lakukan?” tanya Dewi
Roti di tengah isak tangisnya.
Dewa Anggur tergagap. “Aku... aku
melakukan apa yang kamu minta.”
“Ini, kamu lihat sungai ini? Rasa
anggur nya hilang. Batu-batu juga jadi mengeras. Pasti ada sesuatu yang salah
setelah kamu memetik bunga mawar itu.”
Dewa Anggur seakan tidak percaya
dengan apa yang dikatakan oleh Dewi Roti. Ia berjongkok di tepi sungai,
mencicipi air sungai yang, hmm, benar, rasanya sudah berubah. Hambar dan
dingin. Dewa Anggur terduduk lemas, namun kemudian ia berdiri lagi dengan wajah
marah.
“Kalau begitu kenapa kamu
menyuruhku memetik bunga mawar ini? Kalau kamu sudah tahu akibatnya akan
seperti ini, kenapa?” teriak Dewa Anggur marah.
“Aku kan sudah berteriak jangan,
tapi kamu terus lari masuk ke dalam hutan, dan kemudian memetik bunga itu.”
Jawab Dewi Roti sambil menyeka air matanya.
“Lalu kenapa? Aku kan cuma bilang
kalau aku mencintaimu, dan kamu bisa memberi respon lain selain menyuruhku
memetik bunga mawar itu.” Balas Dewa Anggur lebih marah lagi. Ia menghempaskan
bunga mawar berduri yang sudah layu itu ke tanah, kemudian mengepalkan tangan
kanannya yang berlumuran darah.
Dewi Roti hanya menunduk. “Karena
aku tidak mau perasaan cintamu menghalangi tugas yang diberikan oleh para
malaikat.” Jawabnya lirih. “Aku takut kita akan menjadi dewa dan dewi yang
egois. Yang hanya mementingkan perasaan kita semata, dan lupa dengan tanggung
jawab ini.”
“Semakin kamu berusaha menyentuh
dan memetik bunga itu, semakin sakit yang akan kamu rasakan.”
Suara yang tadi didengar oleh Dewa
Anggur di hutan terdengar lagi. Namun kali ini lebih jelas dan Dewi Roti juga
mendengarnya. Dewa Anggur menoleh ke tempat dimana ia melepaskan bunga mawar
layu itu, dan perlahan kelopak-kelopak layunya terlepas dan beterbangan.
“Bunga ini memang terlihat indah,
namun kamu tidak tahu duri dan sakit yang tersembunyi di balik keindahannya.”
Suara itu muncul lagi, dan
kelopak-kelopak itu perlahan membentuk sebuah wujud. Mirip dengan Dewa Anggur
dan Dewi Roti, namun wujud ini memiliki sayap.
“Itu Malaikat Cinta.” Bisik Dewi
Roti pada Dewa Anggur.
“Ya, Dewi Roti, ini aku. Bukankah
aku sudah memberitahu kalian bahwa bunga ini tidak boleh dipetik?” tanya
Malaikat Cinta dengan suara berwibawa nya.
“Dia yang menyuruhku memetik mawar
ini.” Dewa Anggur menunjuk Dewi Roti, masih dengan amarahnya.
“Aku kan sudah bilang jangan, tapi
kamu terus lari ke hutan dan memetik bunga itu.” Elak Dewi Roti. Mereka
mengulang percakapan mereka yang tadi, sebelum malaikat turun menghampiri
mereka.
“Aku juga sudah bilang aku
mencintaimu! Aku tahu kamu sebenarnya juga memiliki perasaan yang sama kan?!”
Dewa Anggur menaikkan suaranya.
“Hmm, jadi intinya mawar ini
akhirnya kalian sentuh kan?” sebelum Dewi Roti menjawab serangan Dewa Anggur,
Malaikat Cinta segera memutus pertengkaran mereka.
“Bukan kalian, tapi dia yang
menyentuh mawar ini.” Sahut Dewi Roti sambil menunjuk Dewa Anggur.
“Dewa Anggur, kenapa kamu menyentuh
dan memetik bunga mawar ini?” tanya Malaikat Cinta. Sesungguhnya ia sudah tahu
jawaban yang sebenarnya.
“Kan aku sudah bilang, aku disuruh
oleh Dewi Roti.” Jawab Dewa Anggur gemas.
“Baiklah.” Malaikat Cinta
mengalihkan pandangannya pada Dewi Roti. “Dewi Roti, kenapa kamu menyuruh Dewa
Anggur memetik bunga mawar ini?”
“Karena.. karena ia mencintaiku.
Dan aku tidak mau perasaannya menghambat tugas yang kalian berikan. Tapi aku
juga tidak mau menyakiti perasaannya. Jadi aku sengaja memberikannya syarat
yang mustahil, sehingga ia takut dan mengurungkan niatnya untuk mencintaiku.
Tapi kenyataannya ia malah memetik bunga itu, dan jadi begini.” Jawab Dewi Roti
sambil menitikkan air mata.
Malaikat Cinta mengangguk-angguk.
“Jadi, ini semua karena cinta? Dewa Anggur dan Dewi Roti, apakah kami pernah
berkata pada kalian bahwa kalian tidak boleh saling mencintai?” Malaikat Cinta
balik bertanya.
Dewa Anggur dan Dewi Roti berpikir
sejenak.
“Tidak.” Jawab Dewa Anggur.
“Hmmm...” Malaikat Cinta berdehem.
“Jawabanmu, Dewi Roti?”
Dewi Roti menggeleng. “Aku tidak
tahu. Kalian memang tidak melarang kami untuk saling mencintai, namun
perasaanku mengatakan bahwa kami akan menjadi dewa dan dewi yang egois apabila
kami saling mencintai.”
“Baiklah. Dan apakah kami pernah
berkata bahwa bunga mawar merah di tengah hutan tidak boleh kalian petik?”
“Ya, kami ingat dengan pesan itu.”
Jawab Dewi Roti cepat. Dewa Anggur hanya mengangguk.
“Bagus, bila kalian sudah tahu. Tapi
kenapa kalian lakukan? Kenapa kalian melakukan hal yang sudah dilarang?” tanya
Malaikat Cinta dengan serius.
Dewa Anggur hanya diam. Dewi Roti
menghampiri Malaikat Cinta kemudian tersungkur di hadapannya.
“Kami sangat menyesal, tolong
maafkan kami. Jadi apa yang harus kami lakukan untuk menebus kesalahan kami?”
“Ya, kami sudah maafkan kalian.”
Malaikat Cinta menjawab sambil membelakangi Dewa Anggur dan Dewi Roti. Ia
berjongkok sambil mengambil air sungai anggur dengan telapak tangannya,
kemudian meminumnya. “Tapi tetap ada konsekuensi yang harus kalian tanggung
bersama. Dan bukan hanya kalian, keturunan kalian juga harus menanggung
akibatnya.” Ia berbalik kembali menghadap Dewa Anggur dan Dewi Roti.
“Jadi apa yang harus kami lakukan?”
tanya Dewa Anggur.
“Tidak ada. Tidak ada yang bisa
kalian lakukan selain tinggal di bumi ini sampai kalian tua dan kalian
dipanggil lagi oleh para malaikat untuk kembali.” Jawab Malaikat Cinta santai.
Dewi Roti terkejut, karena apa yang
ia takutkan terjadi, yaitu mereka tidak bisa cepat-cepat kembali bersama para
malaikat.
Malaikat Cinta menatap Dewa Anggur
dan Dewi Roti tajam. “Mulai hari ini, keturunan kalian akan menjadi keturunan
yang haus akan cinta. Yang rela melakukan apa saja demi mendapatkan apa yang
mereka cintai. Mulai hari ini, cinta akan menjadi seperti bunga mawar ini. Yang
terlihat indah namun menyimpan luka dan duri di dalamnya. Semua orang akan
menderita karena patah hati. Cinta akan menjadi hal yang sangat menakutkan,
bahkan akan menghancurkan sebagian dari keturunan kalian.”
Malaikat Cinta menatap Dewa Anggur.
“Dewa Anggur, keturunanmu, laki-laki akan menjadi keturunan yang pembangkang,
sama seperti kamu. Laki-laki yang akan melakukan apa saja, mengorbankan apa
saja, bahkan diri mereka sendiri, demi mendapatkan perempuan yang mereka
cintai. Mereka akan melakukan apapun, bahkan hal buruk sekalipun. Mereka akan
sulit dikendalikan, karena mereka menganggap apa yang mereka lakukan adalah
atas nama cinta.”
Kemudian Malaikat Cinta menatap
Dewi Roti. “Dan kamu, keturunanmu, para perempuan, akan menjadi keturunan yang
hanya bisa menunggu. Mereka tidak akan bisa mengungkapkan apa perasaan mereka,
dan akan dipermainkan oleh perasaan mereka, sama sepertimu.”
Selepas mengatakan itu semua,
Malaikat Cinta mengarahkan pandangannya ke arah hutan. “Mulai hari ini, hutan
juga bukan lagi tempat yang indah. Tempat ini akan sangat menakutkan, penuh
dengan misteri di dalamnya. Dan mulai hari ini juga, tugas kalian adalah
membangun kehidupan kalian sendiri. Ini terakhir kalinya malaikat akan
menampakkan diri pada kalian. Kembangkan keturunan kalian sendiri. Hiduplah di
bumi ini sampai kami akan memanggil kalian kembali. Ajarkan keturunan kalian
agar tidak melakukan hal yang sama dengan apa yang kalian lakukan. Itupun kalau
kalian mampu.” Malaikat Cinta kemudian bersiap kembali ke asalnya.
“Tunggu, Malaikat Cinta.” Dewa
Anggur mencegahnya pergi.
“Apalagi? Ada yang masih kurang
jelas?”
“Lalu, apakah konsekuensi ini
berlaku selamanya? Sampai kapan kami akan menyaksikan keturunan kami menderita
karena cinta ini? Adakah seseorang yang akan para malaikat kirimkan untuk
mematahkan hukuman ini?” tanya Dewa Anggur.
Malaikat Cinta berpikir sejenak.
Sayap biru beludru nya berhenti bergerak. “Ah, ada yang tertinggal. Keturunan
kalian sendiri lah yang akan mematahkan hukuman ini.” Jawabnya santai. “Kami
akan mengutus seorang pangeran dan seorang putri untuk datang ke bumi ini, dan
ia akan turun sebagai salah satu dari keturunan kalian.” Ia memetik sehelai
beludru biru dari sayapnya, dan meletakkannya di tangannya. Ajaib, beludru itu
berubah warna menjadi hitam pekat. “Pangeran dan putri itu akan memiliki rambut
yang berwarna seperti beludru ini. Warna yang spesial, karena tidak seorang pun
dari keturunanmu yang akan memiliki warna rambut seperti ini.” Ia kemudian
menjatuhkan beludru itu ke sungai anggur. “Sudah, ini terakhir kalinya kalian
akan berjumpa dengan malaikat di bumi ini. Lanjutkan kehidupan kalian sendiri,
dan patahkan kutukan itu.” Malaikat Cinta kemudian pergi dari hadapan mereka,
tanpa sempat mereka bertanya apa-apa lagi.”
- to be continued -
Comments
Post a Comment