"Coba Adam dan Hawa gak makan buah itu."
Jadi waktu itu, saya iseng browsing sebuah account humor Kristen, dan ketemu gambar ini.
Waktu liat gambar ini saya cuma nyengir2 sambil mikir, iya ya, coba aja Adam dan Hawa gak tergoda oleh ular, dan mereka akhirnya gak makan buah itu. Apa semua manusia masih berada di taman Eden? Apa semua kekacauan di dunia ini gak akan terjadi? Dan yang terpenting, apakah saya bisa melihat Tuhan secara langsung?
Dan akhirnya saya sadar, bahwa pikiran2 tadi itu sekedar pelarian dari masalah yang dihadapi. Terlalu banyak masalah, pusing, menyita banyak waktu, tenaga, uang, capek hati, dan akhirnya berpikir: "Coba begini.." "Coba begitu.." "Seandainya aja..." Dan akhirnya akarnya ini, "Coba aja Hawa gak terperdaya oleh ular, coba aja manusia tidak jatuh ke dalam dosa."
Akhirnya permasalahan membuat kita berangan-angan. Bahkan saya pernah berpikir, seandainya Adam dan Hawa memang diciptakan oleh Tuhan untuk selalu taat kepada-Nya. Gak akan ada istilah dosa. Tapi Tuhan kita Tuhan yang baik. Ia memberikan manusia pilihan, namun tidak membiarkan manusia berjalan di luar kehendak-Nya. Sulit ya, tapi memang begitu kenyataannya. Buktinya, walau manusia sudah berdosa, banyak permasalahan, tapi permasalahan itu gak bertahan selamanya kan? (walau akhirnya muncul masalah baru).
Lalu pikiran saya menawarkan hal lain. Sudah coba hal lain yang namanya bersyukur? Saya menyadari bahwa kata "Seandainya, Coba saja, Andai saja" menghalangi saya untuk bersyukur, karena saya selalu ingin yang lebih, lagi dan lagi.
Lebih enak didengar mana? "Yah, nasinya udah jadi bubur. Coba aja tadi masaknya gak kelamaan, kalo udah jadi bubur kan gak enak. Dibuang sayang, ya udah ah makan aja." atau ini: "Yah, nasinya udah jadi bubur, eh masih ada kecap sama ayamnya sih, gak papa deh, enak juga."
Yang pertama terdengar seperti terpaksa bersyukur. Ya bersyukur juga sih, tapi bukankah segala hal yang dipaksakan itu gak enak. Kalo yang kedua, akhirnya temukan cara lain untuk melengkapi kekurangan itu, cara untuk menghadapi masalah, dan akhirnya bersyukur, karena mampu melewati dan menikmatinya.
"Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segalahal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. " 1 Tesalonika 5:16-18.
Comments
Post a Comment