Hati atau Otak?

Akhir2 ini banyak masalah di negeri tercinta, Indonesia. Salah satu yang cukup menyita perhatian publik (dan perhatian saya) ya ini.




Siapa yang menyangka kalau masalah yang dianggap spele ternyata akibatnya fatal. Tapi tujuan saya menulis ini bukan mau menjelek-jelekkan si pelaku atau sekedar ikut2an, aji mumpung ngomentarin kasus ini. But, lewat kasus ini saya terpikir sesuatu.

Banyak orang yang setelah mendengar kasus ini langsung berspekulasi atau istilah gampangnya men-judge kalau pelaku punya gangguan jiwa, psikopat, gila, atau sebagainya. Saya bukan mau mengomentari masalah kejiwaan mereka karena saya bukan ahli jiwa atau psikiater yang banyak muncul di media untuk memberi pendapat kenapa si pelaku bisa setega itu.

Saya mencoba melihat dari sisi lain, yaitu hati dan pikiran. Bukan hati yang tugasnya melakukan detoksifikasi, tapi lebih kepada hati kecil atau perasaan. Setiap manusia pasti dianugerahi pikiran dan perasaan oleh Yang Kuasa. Tapi apa iya semua manusia mampu memiliki hati dan pikiran yang benar dan sehat? Saya sering mendengar (bahkan saya sendiri juga) orang2 yang mengeluh, bahwa saat ini keadaan hati dan pikirannya sedang tidak sinkron. Atau istilah lainnya apa yang diinginkan hati tidak sama dengan apa yang diinginkan pikiran. 

Kita semua diberikan perasaan dan akal sehat. Betapa indahnya hidup ini kalau ternyata keduanya bisa berjalan bersama atau tidak bertentangan. Tapi, namanya juga manusia, sudah terjebak dalam dosa, pasti tidak ada lagi yang sempurna. Beberapa hari yang lalu, saya sharing dengan teman, sekaligus certain person saya (baca di 'Certain Person'), Ci Lia. Ci Lia ini mahasiswi S2 Psikologi Konseling. Saya cerita akhir2 ini hati dan pikiran saya bentrok, dan akhirnya konflik batin itu tidak bisa dihindarkan. Lalu, Ci Lia mengirimi saya ini. 


Maaf kalo gambarnya kurang jelas, jadi intinya itu skema antara perasaan dan akal sehat atau pikiran. Saya pribadi merasa bahwa apa yang diinginkan oleh perasaan saya selalu menjurus ke hal yang negatif atau merusak. Bersyukurlah otak atau akal sehat saya tidak. Akal sehat saya masih mampu membimbing dan "menegur" perasaan saya kalau2 muncul hal buruk atau negatif itu. Tapi bukankah hal itu sangat mengganggu? 

Kalau lihat skema di atas, ada sesuatu yang hilang, yaitu segitiga di atas tulisan "Be balance". Segitiga itulah yang mampu menyeimbangkan atau mengatur antara keinginan hati dan otak. Dalam prosesnya, manusia akan berjuang "menemukan" segitiga itu, guna menyeimbangkan hati dan pikirannya. Memang tidak akan bisa seimbang dengan sempurna, tapi setidaknya konflik batin antara hati dan pikiran pun akan lebih jarang terjadi, karena perlahan-lahan hati dan pikiran akan mampu bekerja sama.

Lalu, apa hubungannya dengan kasus pembunuhan yang heboh itu? Dari gambar di atas, saya menarik kesimpulan (ini hanya pendapat saya, kalo gak setuju silahkan komentar). Terlepas dari masalah kejiwaan, saya rasa si pelaku sudah memiliki perasaan yang tidak sehat. Merasa disakiti, dilukai, akhirnya rasa sakit dan luka itu membuat perasaan mereka memberontak kesal, dan akhirnya akal sehat pun tidak mampu lagi mengendalikan hati mereka. Hal ini yang sangat mengerikan. Mereka gagal mencari segitiga itu guna menyeimbangkan perasaan dan pikiran mereka. Kan bisa dibicarakan baik2. Karena ketika kita punya masalah, yang harusnya dihilangkan ya masalahnya, bukan orang yang bermasalah dengan kita.

Memang manusia tidak akan pernah luput dari kesalahan, tapi apa salahnya jika kita mencoba untuk meminimalisir kesalahan itu. Tidak mudah memang, apalagi kalau kita hanya berjuang sendiri. Namun ketika kita mengerti dengan siapa dan bagaimana cara kita meminimalisir kesalahan itu, hal yang tidak mudah akan menjadi sukacita. 

"Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu." - Mazmur 119:9.

"Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." - Amsal 4:23.

"Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus." - Filipi 2:5.

Comments

  1. Haha Grace sekarang semakin mendisiplinkan diri untuk menulis yah.. Teruskan, nikmati, dan selamat melayani melalui setiap passion yang kamu kerjakan..

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Terima Kasih untuk Segalanya

Bahasa Indonesia

'Cause We're Only Human